Sunday, July 21, 2013

Al Fajr 27 – 30


Siapakah yang disebut Nafsul-Muthmainnah?
Al-Qur’an sendiri menyebutkan tingkatan yang ditempuh oleh nafsu atau diri manusia. Pertama Nafsul Ammarah, yang selalu mendorong akan berbuat sesuatu di luar pertimbangan akal yang tenang. Maka keraplah manusia terjerumus ke dalam lembah kesesatan karena nafsul-ammarah ini. (Lihat Surat 12, Yusuf; ayat 53).
Bilamana langkah telah terdorong, tibalah penyesalan diri atas diri. Itulah yang dinamai Nafsul-Lawwamah. Itulah yang dalam bahasa kita sehari-hari dinamai “tekanan batin”, atau merasa berdosa. Nafsul-Lawwamah ini dijadikan sumpah kedua oleh Allah, sesudah sumpah pertama tentang ihwal hari kiamat. (Surat 75, Al-Qiyamah ayat 2).
Demikian pentingnya, sampai dijadikan sumpah. Karena bila kita telah sampai kepada Nafsul-Lawwamah, artinya kita telah tiba dipersimpangan jalan; atau akan menjadi orang yang baik, pengalaman mengajar diri, atau menjadi orang celaka, karena sesal yang tumbuh tidak dijadikan pengajaran, lalu timbul sikap yang dinamai “keterlanjuran”.
Karena pengalaman dari dua tingkat nafsu itu, kita dapat naik mencapai “An-Nafsul-Muthmainnah”, yakni jiwa yang telah mencapai tenang dan tenteram. Jiwa yang telah digembleng oleh pengalaman dan penderitaan. Jiwa yang telah melalui berbagai jalan berliku, sehingga tidak mengeluh lagi ketika mendaki, karena di balik pendakian pasti ada penurunan. Dan tidak gembira melonjak lagi ketika menurun, karena sudah tahu pasti bahwa dibalik penurunan akan bertemu lagi pendakian. Itulah jiwa yang telah mencapai Iman! Karena telah matang oleh berbagai percobaan.
Jiwa inilah yang mempunyai dua sayap. Sayap pertama adalah syukur ketika mendapat kekayaan, bukan mendabik dada. Dan sabar ketika rezeki hanya sekedar lepas makan, bukan mengeluh. Yang keduanya telah tersebut dalam ayat 15 dan 16 tadi.
Jiwa inilah yang tenang menerima segala khabar gembira (basyiran) ataupun khabar yang menakutkan (nadziran).
Jiwa inilah yang diseru oleh ayat ini:
“Wahai jiwa yang telah mencapai ketentraman.” (ayat 27). Yang telah menyerah penuh dan tawakkal kepada Tuhannya: Telah tenang, karena telah mencapai yakin: terhadap Tuhan.
Berkata Ibnu ‘Atha’: “Yaitu jiwa yang telah mencapai ma’rifat sehingga tak sabar lagi bercerai dari Tuhannya walau sekejap mata.” Tuhan itu senantiasa ada dalam ingatannya, sebagai tersebut dalam ayat 38 dari Suray 13, Ar-Ra’ad.
Berkata Hasan Al-Bishri tentang muthmainnah ini: “Apabila Tuhan Allah berkehendak mengambil nyawa hamba-Nya yang beriman, tenteramlah jiwanya terhadap Allah, dan tenteram pula Allah terhadapnya.”
Berkata sahabat Rasulullah SAW ‘Amr bin Al-‘Ash (Hadis mauquf): “Apabila seorang hamba yang beriman akan meninggal, diutus Tuhan kepadanya dua orang malaikat, dan dikirim beserta keduanya suatu bingkisan dari dalam syurga. Lalu kedua malaikat itu menyampaikan katanya: “Keluarlah, wahai jiwa yang telah mencapai keternteramannya, dengan ridha dan diridhai Allah. Keluarlah kepada Roh dan Raihan. Tuhan senang kepadamu, Tuhan tidak marah kepadamu.” Maka keluarlah Roh itu, lebih harum dari kasturi.”
“Kembalilah kepada Tuhanmu, dalam keadaan ridha dan diridhai.” (ayat 28). Artinya: setelah payah engkau dalam perjuangan hidup di dunia yang fana, sekarang pulanglah engkau kembali kepada Tuhanmu, dalam perasaan sangat lega karena ridha; dan Tuhan pun ridha, karena telah menyaksikan sendiri kepatuhanmu kepada_nya dan tak pernah mengeluh.
“Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku.” (ayat 29). Di sana telah menunggu hamba-hamba-Ku yang lain, yang sama taraf perjuangan hidup mereka dengan kamu; bersama-sama di tempat yang tinggi dan mulia. Bersama para Nabi, para Rasul, para shadiqqin dan syuhadaa. “Wa hasuna ulaa-ika rafiiqa”; Itulah semuanya yang sebaik-baik teman.
“Dan masuklah ke dalam syurga-Ku.” (ayat 30). Di situlah kamu berlepas menerima cucuran nikmat yang tiadakan putus-putus daripada Tuhan; Nikmat yang belum pernah mata melihatnya, belum pernah telinga mendengarnya, dan lebih daripada apa yang dapat dikhayalkan oleh hati manusia.
Dan ada pula satu penafsiran yang lain dari yang lain; yaitu annafs diartikan dengan roh manusia, dan rabbiki diartikan tubuh tempat roh itu dahulunya bersarang. Maka diartikannya ayat ini: “Wahai Roh yang telah mencapai tenteram, kembalilah kamu kepada tubuhmu yang dahulu telah kamu tinggalkan ketika maut memanggil,” sebagai pemberitahu bahwa di hari kiamat nyawa dikembalikan ke tubuhnya yang asli. Penafsiran ini didasarkan kepada qiraat (bacaan) Ibnu Abbas, Fii ‘Abdii dan qiraat umum Fii “Ibaadil.
Wallahu A’lam Bishshawaabi.

Sunday, June 9, 2013

Sukses Preview di Tangan Adrizal dan Itang Yunasz

Sukses Preview di Tangan Adrizal dan Itang Yunasz

oleh : Yuyun Manopol
Hanya dalam lima tahun sejak diluncurkan, Preview sukses menjadi market leader dan acuan baju koko di Pasar Tanah Abang dan sejumlah pasar di Tanah Air. Bagaimana duet Adrizal dan Itang Yunasz membesarkannya?
Melihat halaman depan brosur Preview yang menampilkan foto Tamara Blezinsky dan seorang pria muda yang sedang memperagakan pakaian, tentu tak akan ada yang menyangka bahwa pria itu adalah pemilik Preview. Gayanya yang elegan serta postur dan wajah yang mendukung, membuatnya tak kalah dari foto model profesional.
Adrizal, nama pria berdarah Minang berusia 35 tahun ini, cukup beken di Pasar Tanah Abang berkat keberhasilannya menjadikan Preview sebagai pemimpin pasar di kategori baju koko. Kini ia telah memiliki jaringan 20 gerai (toko). Lima gerai milik sendiri dan selebihnya 15 gerai merupakan gerai mitra yang tersebar di luar Pasar Tanah Abang seperti ITC Cempaka Mas, Blok M Square, PGC Cililitan, plus gerai di luar kota seperti di Pekanbaru, Surabaya, Semarang, Palembang, Samarinda, Medan, Bukittinggi dan Bandung.
Menurut Jasman Usman, Konsultan Preview, 11 dari 15 gerai mitra Preview adalah mereka yang menjalankannya dengan sistem keagenan platinum. Sisanya gerai yang mendapat hak eksklusif dari manajemen Preview karena melihat potensi daya jualnya. Menurut lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia angkatan 2002 ini, hak eksklusif diberikan pendiri Preview – Adrizal dan desainer Itang Yunasz – karena omsetnya lebih besar dari toko milik Preview sendiri. Contoh pemegang hak eksklusif ini adalah Department Store Muslim Tahira di Bandung dan Bursa Sajadah yang menjual perlengkapan haji.
Usia Preview sebenarnya masih tergolong muda, karena baru dilahirkan pada 2005. Adrizal yang lulusan STIE YAI bidang Manajemen Pemasaran ketika itu punya ide membuat terobosan baru bisnis pakaian muslim yang memproduksi secara massal. Ini berawal dari pertemuannya dengan Itang pada awal 2005. Saat itu ia menawari Itang peluang usaha membuat produk massal yang bisa masuk ke Pasar Tanah Abang. Menurut Adrizal, butuh waktu tiga bulan buat meyakinkan perancang busana kondang ini. Ia katakan kepada Itang bahwa selama ini ia sudah eksis di Pasar Tanah Abang dan pada suatu kesempatan ia ingin memperlihatkan bisnisnya kepada Itang. Di saat yang hampir sama, ia sering melihat UJ – Ustaz Jeffry – tampil di televisi dan sesekali memakai koleksi Itang. Belakangan, kolaborasi inilah yang menjadi persiapan awal masuk ke pasar baju muslim di Indonesia.
Rupanya tawarannya diperhatikan Itang. Kebetulan Itang juga mulai fokus mendesain pakaian muslim untuk dijual di butiknya. Pada titik itulah Adrizal melihat ada kesempatan memproduksi koleksi desain Itang Yunasz tetapi untuk pasar ritel. Kala itu ia tidak memproduksi sendiri baju koko yang revolusioner dan bisa dipakai segala usia. Sebagai orang muda, ia hanya membutuhkan baju koko yang sedikit berbeda dari model baju koko saat itu.
Sebelum produksi, Adrizal bersama Itang memilih merek yang hendak dipakai. Muncul beberapa alternatif nama, sampai akhirnya ketemu merek Preview yang dinilai familier dan mudah diingat. Langkah berikutnya, produksi barang dan menyewa ikon. Dari situ ia menyosialisasikan ke media promosi yang lain seperti majalah, tabloid, koran dan sebagainya. “Kami juga barter dengan stasiun TV, meminjamkan baju ke mereka dengan logo credit title dan leaflet. Cara ini sangat efektif. Kami menyebutnya pemasaran tanpa pemasaran alias getok tular,” ujar Adrizal.
Toh, ia enggan membicarakan perihal kepemilikan saham dan bagaimana sistem kerja samanya dengan desainer papan atas tersebut. “Soal permodalan saya dan Itang sepakat bahwa ini hanya menjadi catatan kekeluargaan kami,” ungkapnya.
Diakui Adrizal, semua pebisnis merasakan tantangan terberat ketika memperkenalkan merek dan juga ketika menghadapi keterbatasan modal. Perencanaan keuangan menjadi suatu yang vital. “Jika ujian ini lulus, maka bisnis kami pasti berkembang,” ujar Adrizal.
Diungkapkan Adrizal, waktu pertama kali dipasarkan, respons pasar lumayan positif karena dari awal ia melihat adanya spot kosong pasar baju muslim. Peluang ini sangat membantunya memperkenalkan produk. Tahun-tahun pertama tanggapan pasar lumayan bagus dan seterusnya ia belajar dan memperhatikan setiap kelemahan. Ia juga berusaha meningkatkan mutu, mendekatkan diri dengan end user dan memahami keinginan pasar yang beraneka ragam, serta menyesuaikannya semaksimal mungkin untuk mengakomodasi permintaan tersebut.
Soal harga produk, dari awal peluncuran sampai hari ini masih tetap sama. Namun seiring berkembangnya usaha, Adrizal mengembangkan varian produk lain dengan harga yang berbeda atau lebih mahal. “Saya menyadari bahwa kenaikan harga merupakan kenyataan pahit bagi pembeli,” katanya.
Di Preview, semua desain menjadi otoritas Itang, sedangkan produksi otoritas Adrizal. “Saya kasih masukan dan arahan karena yang mengerti pasarnya saya. Sedangkan, beliau idealisme seorang seniman,” ujarnya. Namun, Adrizal mengaku ia selalu mengikutkan setiap komponen di perusahaannya berperan dalam proses produksi. Misalnya, dalam setiap penentuan prioritas desain yang akan diproduksi, ia melibatkan frontliner dan tim pemasaran, karena merekalah yang selalu dekat dengan konsumen. Tujuannya, agar keputusan produksi lebih mendekat ke sasaran. “Kami belum punya kesepakatan soal angka minimal desain yang harus dibuat oleh Itang karena sampai hari ini Itang masih mempunyai banyak stok desain yang belum sempat saya produksi. Inilah nilai lebih dari sense of belonging,” Adrizal menuturkan.
Menurutnya, setiap desain baru diusahakan menjadi terobosan dan diproduksi terbatas (limited edition). Satu item desain hanya diproduksi 300-500 potong. Dalam satu bulan, Itang bisa menawarkan sekitar 40 desain. Dari koleksi desain itu Adrizal akan memilih sekitar 30% setiap bulannya. “Kalau desainnya bagus banget tak perlu menunggu satu minggu sudah habis,” kata Adrizal.
Ide desain bisa diperoleh Adrizal dan Itang dari mana saja. Dari kebutuhan pasar, majalah, Internet, bahkan masukan dari kolega mereka di luar negeri seperti Bangladesh, India dan Pakistan. Kebetulan saat itu datang seorang berpakaian gamis membawa beberapa potong gamis buatan Bangladesh yang dijadikan benchmark koleksi desain Preview selanjutnya. “Prinsip kami, sebanyak apa kami kasih sama orang sebanyak itu pula kami memperoleh manfaatnya,” ucap Adrizal yang sejak usia 11 tahun sudah belajar mencari uang dengan menjajakan kantong plastik di Padang, Sumatera Barat.
Belakangan untuk meningkatkan citra Preview, Adrizal menggunakan sosok Tamara Blezinsky sebagai ikon produk busana wanitanya. Respons pasar ternyata senang melihat pemain sinetron ini berbusana muslim. Sebelumnya Preview memakai UJ sebagai ikon Preview. Selain Tamara, pihaknya juga menggaet beberapa artis seperti Dhini Aminarti dan Dimas Seto, plus dai asal Palembang, Ustaz Ahmad.
Lalu, bagaimana kinerja Preview sekarang? “Cukup baik!” kata Adrizal. Diakuinya, ia belum mempunyai pembanding dan ukuran yang bisa dijadikan panduan untuk menilai secara persis kinerjanya. Yang pasti, volume produksinya bisa sampai 7 ribu potong per bulan yang biasanya tersalur pada momen Lebaran. “Selain Jakarta, pasar kami yang cukup besar ada di Makassar, Bandung, Surabaya dan Medan. Per orang dari mereka bisa beli 500 potong sekali order.” Adrizal mengakui, persaingan lumayan ketat karena banyak sekali produsen pakaian serupa. Ia sendiri melihat persaingan, kendala dan risiko sebagai proses pendewasaan bisnis. Soal pembajakan merek atau penjiplakan, salah satu cara menghindarinya adalah dengan mendaftarkan mereknya dan ia bersyukur baik merek label maupun gerai sudah didaftarkan.
Menurut Adrizal, bisnis baju koko bersifat musiman. Usai Lebaran Haji sampai satu bulan menjelang Ramadan, penjualan agak sepi. Toh, pihaknya tetap berproduksi, selama kurang-lebih 8 bulan hasil produksi itu disimpan kemudian baru dilempar ke pasar di musim Lebaran. Pada momen ini model yang up-to-date dikeluarkan dan angka penjualan pun bisa naik sampai lima kali lipat. Untuk mengisi kekosongan pasar, Adrizal mengembangkan produk pakaian wanita dan anak-anak. Tujuannya juga untuk menutupi biaya seperti membayar karyawan, pemasaran, promosi dan biaya operasional lainnya. Adapun harganya, yang ia gunakan adalah harga fix price dengan margin keuntungan berkisar 30%-50%. Ia mengaku tak banyak melakukan perubahan harga dari dulu hingga sekarang. Namun, untuk menaikkan harga, caranya dengan meluncurkan item baju koko baru yang memiliki kualitas bahan kain, bordir dan jahitan lebih bagus. Alhasil sekarang Preview tak hanya menjual baju koko dengan satu harga lagi seperti sebelumnya.
Nah, untuk meningkatkan kinerja Preview adalah dengan mengembangkan bisnis. Sejak dua tahun lalu Adrizal menawarkan kerja sama kemitraan. Ada tiga model kemitraan yang ditawarkan. Pertama, investasi silver/agen. Mitra jenis ini tidak perlu membuka toko dan merekrut karyawan. Di sini sang mitra bertindak sebagai jaringan pemasar, dengan modal awal Rp 5 juta dan minimum pembelian selanjutnya Rp 3 juta. Margin keuntungan diperkirakan 30%-50%. Kedua, investasi gold/distributor. Di sini sang mitra dikenai joining fee Rp 2 juta per tahun (masa kerja sama satu tahun) dengan pembelian barang awal sebesar Rp 50 juta atau pembelian Rp 300 juta setahun. Perkiraan margin keuntungan sebesar 40%-60%. Baik silver maupun gold tidak dikenai fee waralaba ataupun fee royalti.
Model kemitraan ketiga adalah investasi platinum/gerai. Di sini mitra berhak memakai nama Preview di gerainya, konsultasi dan pelatihan pembukuan, modal awal ikut serta Rp 150 juta atau omset minimum Rp 600 juta setahun dengan masa kerja sama satu tahun, bebas fee royalti dan lisensi selama program ekspansi 2010, margin keuntungan 30%-66% dengan omset yang lebih besar dari dua paket kerja sama sebelumnya. “Dengan margin keuntungan yang ditawarkan, jelas mereka sudah bisa BEP sebelum dua tahun. Dengan 300 potong per tahun saja mereka sudah untung. Namun kemitraan ini bersifat fleksibel, saya lihat orangnya dulu,” katanya.
Sugeng Riyadi salah satu agen baju koko Preview yang menjalin kemitraan sejak tiga tahun lalu. Bagi Sugeng, Lebaran dan Ramadan adalah momen yang paling baik untuk menjual Preview. Di bulan puasa Sugeng bisa menjual lebih dari 100 potong baju koko Preview. Ia menggunakan pola pemasaran online dan door to door dari kantor ke kantor. Wilayah pemasarannya di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Komposisi penjualan 50% transaksi lewat ruang maya (online) selebihnya ia jual ke kantor-kantor. Pemilik Toko Bintang Perlengkapan alat tulis dan fancy di wilayah Kebayoran Jak-Sel ini mengaku sangat diuntungkan dengan menjual Preview, karena peminatnya cukup banyak dan margin keuntungan pun cukup besar. Di mata Sugeng, keunggulan baju koko Preview terletak pada keberanian desainernya memainkan bordir. “Bordir-bordirnya menjadi trend-setter,” ujar Sugeng. Selain itu, satu item desain hanya dibuat 300 potong. “Ini menjadikan Preview eksklusif,” kata pria 38 tahun ini.
Margin keuntungan yang tinggi diakui pula oleh Nurul Asma, agen Preview lainnya, yang punya wilayah pemasaran di Lampung. “Bisa sampai 50%,” katanya. Menurut Nurul, pelanggan menyukai desain Preview yang kerap menjadi trend-setter merek lain. Selain itu rupanya ikon UJ dan Ustaz Ahmad menjadi alasan orang membeli Preview. “Makanya saya pusing kalau ada konsumen yang minta model seperti yang dipakai UJ, sebab jumlahnya kan tidak dibuat banyak,” katanya rada mengeluh.
Adrizal sendiri bersyukur keluarganya dari 8 bersaudara dan orang tuanya saling bahu-membahu membantunya menjalankan Preview. Bahkan dua adiknya sudah mulai belajar membangun merek sendiri di Pasar Tanah Abang. “Karyawan kami sekitar 25 orang. Belum termasuk mereka yang bekerja di bagian gudang,” ujarnya. Untuk produksinya menggunakan sistem cut, make and trim atau outsourcing ke satu perusahaan garmen di Parung, Bogor, dengan menempatkan satu petugas quality control di sana.
Menurut Jasman Usman, sang konsultannya, Preview saat ini sudah melewati masa kritis. “Saat ini Preview ada di level puncak. Preview sedang leading di pasar. Kondisi ini memang membuat kami berupaya mempertahankan kinerja merek ini di pasar,” ujar Adrizal menyambut.
Kendati begitu, Anang Sukandar, pengamat business opportunity (BO) dari Asosiasi Franchise Indonesia, mengingatkan bisnis baju koko yang dirintis Adrizal dan Itang ini harus dijalankan dengan hati-hati. Apalagi bila sudah membangun kemitraan lewat model BO atau kemitraan. “Produknya harus memiliki ciri khas yang jadi identitasnya,” katanya. Menurut Anang, bila sudah masuk ke BO artinya sudah masuk ke wilayah ritel. Bila sudah masuk ke wilayah ini, sang pengelola harus melengkapi varian produknya lebih banyak lagi (assortment). Hal kedua, lanjut Anang, pengelola juga harus mempunyai garis suplai yang memenuhi kriteria level of service, yakni paling sedikit 70%-80% orang yang dibidik berminat terhadap produknya.
Dalam visinya, Adrizal mengaku ke depan menginginkan pakaian muslim bisa menjadi busana harian. Jadi, tidak hanya dipakai saat beribadah, melainkan bisa dipakai ke mal, kantor atau ke mana saja. Tak hanya itu, ia bersama Itang juga berencana mengembangkan usaha Butik Itang lebih serius lagi. Itulah sebabnya dalam waktu dekat Butik Itang di Tanah Abang hendak dipindahkan ke lokasi yang lebih sesuai dengan konsep butiknya.
Yuyun Manopol & Siti Ruslina (sumber swa online)

Thursday, April 11, 2013

Liburan Keluarga ke Singapore 3D2N, berlima, Papa, Mama, Jihan, Abie, Syahira

Alhamdulillah kesempatan itu datang juga, setelah berkutat dengan rutinitas kantor akhirnya hari yang ditunggu datang juga, izin cuti dari tanggal 4-5 April disetujui atasan, semua list barang yang diperlukan sudah disiapkan. Kamis 4 April 2012, dinihari,bangun jam 2 pagi, kemudian mandi dan sarapan serta memasukkan semua barang bawaan total 1 koper besar dan 2 ransel ( total bagasi hanya 25kg), Berangkat dengan pesawat air asia qz8620, jam 5 pagi sampai Changi airport Singapore jam 8 30. Sempat cemas dengan prosedur imigrasi karena saya membawa 4 orang yang belum pernah ke LN, saya bayangkan akan banyak pertanyaan di Imigrasi Singapore, ternyata Alhamdulillah semuanya lancar. Setelah menunggu bagasi kita naik taxi Hyundai Sonata, dari airport ke hotel sekitar 45 menit dengan tarif SGD 23. Kita ke hotel dulu di geylang lor 20 untuk titip barang. Setelah ganti baju seragam, lalu ke Universal Studio Singapore (USS) dengan menggunakan Bus jurusan Vivo City, lalu di Vivo city kita makan siang dulu di Foodcourt nya, kita beli masakan Padang, Syahira makan cumi dan yang lain rendang, rata2 SGD 5 perorang. Setelah itu naik ke Lantai 3 untuk naik Skytrain dnegan membayar SGD 3 perorang, dan ini ternyata tiket PP. Sesampainya di Sentosa, kita jalan kaki dulu beberapa saat sampai akhirnya menjumpai USS globe, karena sudah ada tiket yang dibeli di travel agent di Jakarta, kita tidak usah antri lagi beli tiket, langsung masuk, pertama masuk Sesame street, kesukaan anak-anak, biasa saja, ga jauh beda dengan si Bolng nya Trans Studio. Setelah itu saya dan Syahira menikmati Battlestar (mirip halilintar), The Mummy(efek 4D), khusus dewasa karena ada rel dan gelap), Transformer 4D(anak2 suka tapi antrinya 1jam, padahal ini hari Kamis lho, bukan week end), Srek 4D ( ini juga arena 4D, tapi tidak naik mobil seperti Mummy dan Transformer, hanya duduk di kursi seperti bioskop, seperti Marvel di Trans Studi bandung, jam 2-3 hujan lebat di USS, jadi kita tidak bisa naik wahana, kecuali nekat dan bisa basah kuyup seperti tamu bule yang lain. Waktu pulang pakai kita menggunakan Skytrain Sentosa Vivo city, terus nyambung MRT Vivo City - Otram. Sangat berat kalau Bawa Balita, karena mereka sudah cape dan tidur,kita harus gendong dari naik skytrain sentosa ke vivocity / Harbour Front (bayar hanya 1 kali sgd 3), pindah MRT biru ke Otram ganti lagi MRT hijau tujuan Pasir Ris, Jihan tidur digendong mama, Abie tidur digendong papa, thanks to Syahira yg bisa bawa ransel dan bawaan lain, WOW lutut serasa mau lepas, belum lagi bersamaan dengan peak bubaran kantor, beruntung diberi kesempatan duduk oleh yang naik MRT, setelah itu penderitaan belum berakhir, harus jalan lagi sekitar 1 km sampai hotel di Geylang, Fuihh keringat bercucuran, better take taxi saja secara biayanya kalau 5 orang ini tidak berbeda jauh. Setelah chek in jam 7 pm dan masuk kamar dan semua terkapar, rencana mau jalan2 lagi dilupakan dulu. Kamar di hotel bintang 2 ini tergolong kecil dan sempit untuk 5 orang, karena hanya terdiri dari satu master bed 160cm dan 1 single bed 100cm, jadilah kami tidur berdesakan. Jumat, 5 April 2013. Hari ke 2 rencana jalan jam 10 pagi, tapi karena urus anak2 mandi, makan dll jadi ngaret ke jam 11, pertama ke Merlion naik bus, ternyata halte bus ke merlion park ini cukup jauh, Jihan nangis karena kecapek an, sementara Abie enak digendong di kepala papanya. Dari Merlion kita ke Orchad Takasimaya naik taxi lama(crown lama), cuma beda di tarif buka pintu 3sgd sedang taxi baru hyunday sonata 3,4sgd, dan manual transmisi untuk crown ini, sopirnya kayaknya dari China, radionya itu lho bahasa mandarin terusss, di Takashimaya beli mainan spiderman dan barbie yg sedang discount, kemudian cari makan di Lucky plaza, banyak barang elektronik disini, kita makan di mcD dengan 4 paket yang isinya 1 paket 5 wing, fried potato, milo total 25sgd, sayang ga ada nasi dan dada ayam disini, disini hanya ada chiken wing. Disini toilet bayat @ 20cent.Terus kita pulang karena Abie sudah minta pulang sampai di hotel jam 6 dan off course dengan taxi hyunday sonata, hari ini seharian cerah. Malamnya jam 6 sore sampai jam 10 malam jalan lagi dengan Syahira ke Litle india naik Bus, tujuannya Mustafa center, toko serba ada 24jam. Karena dekat kita jalan kaki ke bugis center yang berada dibelakang OG building, Bugis street penuh toko di gang sempit (mirip pasar Lereng di Bukittinggi kalau hari pasar Rabu/Sabtu), mampir dulu beli baju Uniqlo salah satu counter favorit saya dari jepang di bugis junction(fyi uniqlo ini akan buka counter di JKT pertengahan th ini, asyik koleksi bajunya trendy dan confort), pulangnya naik bus, eh ternyata salah arah yang ke Otram, balik lagi bus no 2 ke Geylang. Sabtu, 6 April 2013. Hari ke 3 di hotel saja, nonton tv, eh ada radio Ria 89,7fm, isinya lagu Indonesia semua, kita stay di hotel sd check out jam 1, waktu 2 jam kita isi waktu belanja di toko 24jam dekat hotel dan menunggu hujan lebat. Jam 3 naik taxi Hyunday Sonata lagi ke airport, drivernya kali ini chinese tapi radionya asyik, western song, dia juga cerita ttg setoran taxinya 105sgd perday, jadi untuk kejar setoran dia bagi shift dengan temannya, I am also human lahh , katanya. Tol free di sgp karena sudah incl tax, dan motor boleh masuk tol, kalau untuk mengatasi macet ada ERP / kayak 3in1 , di beberapa jalan sibuk seperti Orchad dipasang alat ERP, disini alat auto yang ada di dash board mobil akan langsung potong pulsa, truk 4, mobil 2sgd, dll. Juga ada system plat mobil putih dan merah untuk siang atau malam. Anak kecil tidak boleh dipangku di kursi depan, dendanya 50SGD, juga tidak boleh naik/turun Taxi di Halte bus, kalau ketahuan ( ada CCTV) kena denda dan SIM dicabut. Tarif hotel ke airpot 13,35 SGD. Ternyata bawa uang jajan sgd650 sisa sgd350. Berikut rincian biaya / budget 2D3N singapore trip April 2013,3 dewasa (Fauzan, Silvi, Syahira), 2 anak Jihan, Abie) Pasport 4x300=1,2 Pesawat @1jt total 5jt, airasia online Hotel 1,8jt, agoda online USS @500rbx5=2,5jt, beli dwidaya travel@68, anak @48 Airport tax 750rb@150rb, di SGP gratis Lho airports nya Belanja 300sgd=2,4jt Parkir inap 2 hari 15jam =136ribu Total sekitar 15jt Banyak terbantu di electric cooker pinjaman Uni Nel, jadi breakfast dan dinner bisa di hotel, bayangkan kalau 1 orang makannya 5sgdx5=25sgd per makan, secara makananya kurang cocok dengan lidah kita. (Good by SGP, I will be back, kata Jihan waktu meninggalkan airport) Semoga perjalanan ini bermanfaat bagi kami dan bagi pembaca!